Ilustrasi |
Budaya membaca sendiri suda sangat tua umurnya. Di Yunani ribuan tahun yang lalu, filsuf terkenal seperti Aristoteles, Sokrates dan Plato, sangat menganjurkan murid-muridnya untuk rajin membaca. Menurut mereka, dengan banyak membaca, seseorang akan memiliki kemampuan berbicara yang sistematis dan logis dengan alur pikir yang runnut, tidak melompat-lompat apalagi ngelantur. Di zaman itu, kemampuan berpidato (publik speaking) memang adalah merupakan sebuah keterampilan yang sangat dibutuhkan.
Menumbuhkan dan mempertahankan minat dan kemampuan membaca anak, ada berbagai langka perlu ditempuh seorang pendidik atau orang tua;
Menyediakan Sarana
Sarana perpustakaan dengan buku-buku bacaan yang memadai sesuai dengan tingkat usia anak perlu disiapkan. Tidak hanya itu, sarana yang telah disiapkan tersebut, juga harus dapat dimanfaatkan kapan saja oleh anak tanpa harus diatur dengan aturan yang dapat membuat anak menjadi tidak leluasa.
Memilih bahan bacaan juga penting diperhatikan. Buku yang erat kaitannya dengan dunia anak sangat penting dalam menumbuhkan minat baca. Mengapa media elektronik sering lebih disenangi oleh anak? Karena media ini mampu menampilkan tayangan yang sesuai dengan minat dan perkembangan psikologi anak seperti film kartun misalnya.
Dalam penyiapan buku-buku ini, usahakan menampilkan buku cerita seperti kisah-kisah sukses manusia teladan, kisah nabi dan rasul Tuhan, legenda-legenda; Maling Kundang si Anak Durhaka misalnya. Disamping itu, tentu juga perlu disiapkan buku-buku pelajaran lainnya.
Menciptakan Suasana Kondusif
Suasana yang nyaman dan jauh dari kebisingan juga sangat mempengaruhi minat baca serta kemampuan anak dalam menyerap informasi dari bacaan. Anak mudah menyerap dan memahami bacaannya kalau membaca dalam suasana yang nyaman.
Suasana yang nyaman tidak selalu harus dalam ruangan. Di alam terbuka pun sangat cocok, seperti ditaman-taman. Udara sejuk sangat menunjang tingkat kemampuan membaca anak.
Ada suatu pengalaman penulis yang menarik disimak: anak yang tinggal di daerah pegunungan yang berhawa sejuk, minat bacanya tinggi.
Seorang anak, ketika masih tinggal di desanya, dia menjadi siswa teladan. Akan tetapi, setelah pindah ke kota, udara panas dan bising, anak tersebut menjadi pemalas, minat bacanya menurun dan tidak dapat lagi mempertahankan prestasinya. Contoh ini menggambarkan betapa perlunya suasana nyaman untuk kegiatan membaca.
Membuat Laporan
Membuat laporan hasil bacaan agar bacaan itu tidak terlewatkan begitu saja perlu dibiasakan kepada anak. Hanya saja kreativitas anak jangan dipasung. Berikan keleluasaan kepada anak untuk menggunakan kata-katanya sendiri dalam membuat laporan tersebut.
Hal ini juga akan memancing nalar dan wawasan anak sepanjang tidak menyimpang dari maksud dan tujuan bacaan itu. Kebiasaan mendikte anak menyebabkan wawasan anak menjadi mandek, cara berpikir anak menjadi statis dan tidak berkembang. Padahal membaca kritis perlu ditimbuhkan.
Seorang anak TK pernah bertanya kepada penulis di sela-sela dia nonton televisi: "Siapa yang kuat Tuhan dengan Satria Baja Hitam." Ini sudah menonton kritis. Dalam membaca harus demikian.
Ada studi banding, tanpa menganggap anak melakukan kesalahan patal. Melatih anak menuangkan pikirannya dalam bentuk lisan maupun tulisan mendorong anak rajin membaca.
Kitapun sebagai guru, harus selalu berusaha membaca banyak buku yang relefan dengan mata pelajaran yang kita ajarkan. Kalau tidak, akan terasa betapa minimnya wawasan kita.
Anak yang rajin membaca akan jauh lebih baik menyampaikan pesan-pesan lewat lisan maupun tulisan. Sebab dengan membaca, wawasan anak akan bertambah. Mereka akan terlatih menuangkan pikiran-pikiran dan daya khayalnya. Hal itu nantinya akan berguna bagi masa depan anak.
Oleh sebab itu, sarana bacaan, lingkungan yang kondusif, dan penugasan membuat laporan hasil bacaannya merupakan faktor utama tumbuhnya minat baca anak. (*)
Penulis: Syahril Padjalai
*Tulisan ini pernah dimuat di Buletin PUSAT PERBUKUAN Depdiknas Jakarta Vol. V Tahun 2001
0 Response to "Kiat Menumbuhkan Minat Baca Anak"
Post a Comment