iklan

Strategi Menumbuhkan Budaya Baca

*Dengan Pelibatan Orang Tua, Sekolah dan Masyarakat

Membaca merupakan kegiatan untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan. Karena itu, Membaca dengan tingkat kualitas tertentu, bermanfaat besar dalam meningkatkan kualitas intelektual seseorang.

Ilustrasi
Para ahli sepakat, bahwa dengan membaca, daya pikir seseorang akan meningkat, cara pandang dan analisis akan semakin tajam dan wawasan pengetahuan akan bertambah luas. Hal ini dapat dipahami, sebab aktifitas membaca yang melibatkan keterampilan, sensori, persepsi, pengalaman, berpikir, belajar, asosiasi, afektif, dan konstruktif, memiliki pengaruh besar terhadap peningkatan kemampuan intelektual.

Hodgson (1960) mendefinisikan membaca sebagai proses yang dilakukan oleh para pembaca agar mendapatkan pesan yang disampaikan penulis dengan perantara media kata-kata maupun bahasa tulis. Apabila pesan yang tersurat dan tersirat dapat dipahami, maka proses dari membaca itu akan terlaksana secara baik.

Tampubulon (1987) mengatakan, sebuah tulisan (bacaan) mengandung ide-ide atau pemikiran-pemikiran, sehingga untuk memahaminya harus dengan metode membaca sebagai proses-proses kognitif atau penalaran yang dapat menstimulasi kemampuan intelektual seseorang.

Manfaat membaca yang sedemikian besar bagi peningkatan kualitas intelektual manusia sebagaimana dijelaskan di atas, menjadi alasan sehingga kegiatan membaca sangat diperlukan bagi siapapun yang menginginkan kemajuan dan peningkatan kualitas diri.

Namun kenyataannya, kepandaian membaca khususnya siswa sekolah, lebih sering berhenti hanya pada kemampuan membaca tulisan sebagai kewajiban belajar ketika masih menempuh pendidikan di sekolah.

Aktifitas membaca sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas intelektual dan pengembangan diri, belum sepenuhnya disadari dan belum menjadi tujuan utama, sehingga keinginan untuk meningkatkan minat baca bagi setiap individu masih diabaikan.

Kenyataan bahwa aktifitas membaca hanya dianggap sebagai kegiatan sekolah di bawah pengawasan guru, sangat jauh dari harapan - bagi seorang anak - untuk mendapatkan manfaat besar dari membaca.

Kondisi ini diperparah dengan pengaruh perkembangan teknologi, yang saat ini telah menyandera kehidupan anak-anak sekolah pada beragam permainan menggunakan alat-alat modern yang menyita banyak waktu dan perhatian anak sekolah di masa-masa belajar mereka. Ironisnya, permainan baru dengan teknologi canggih dan modern tersebut, tidak banyak memberi manfaat dalam menambah pengetahuan.

Di sisi lain, membaca sebagai sarana menyelami ide, gagasan, pemikiran, dalam rangka mengembangkan penalaran, dirasakan semakin menjadi sebuah aktifitas mewah yang bahkan dianggap membosankan.

Berangkat dari kenyataan tersebut, semua pihak tentu memiliki tanggungjawab untuk membangkitkan minat dan budaya membaca di semua tingkat kehidupan masyarakat.  Dalam hal ini, semua pihak harus mengambil perannya masing-masing untuk menghidupkan budaya membaca khususnya dalam kehidupan generasi muda.

Untuk tujuan membangun budaya membaca, di sini penulis secara garis besar, menyimpulkan bahwa setidaknya ada tiga lingkungan dan tiga pihak yang harus terus-menerus mendorong dan terlibat langsung dalam meningkatkan minat baca anak sebagai bagian dari usaha menghidupkan budaya membaca.

Pertama, lingkungan keluarga atau lingkungan rumah tangga dengan orang tua sebagai pengontrol. Orang tua sebagai pihak yang lebih banyak bersentuhan dengan kehidupan anak, memiliki peran utama dalam meningkatkan minat baca.

Keterlibatan orang tua di rumah, bisa diawali dengan menyediakan bahan bacaan yang menarik. Menghidupkan kebiasaan membaca, menciptakan suasana yang nyaman berupa penyediaan fasilitas khusus seperti perpustakaan keluarga yang representatif, dan memberi rangsangan berupa pemberian hadiah kepada anak yang mampu mencapai prestasi tertentu dalam hubungannya dengan kegiatan membaca.

Di samping itu, orang tua juga bertanggung jawab dan menjadi pengontrol atau pengawas terhadap hal-hal yang menghambat atau berpotensi mengurangi minat baca anak misalnya dengan membatasi penggunaan gadget di usia dini.

Kedua, sekolah dengan guru sebagai pendamping. Sekolah sebagai salah satu lingkungan dimana anak-anak menghabiskan banyak waktu dalam proses belajarnya,  harus terus menyesuaikan diri dengan perkembangan kemajuan teknologi.

Dalam upaya membangun budaya membaca, sekolah harus bisa menyediakan fasilitas yang menarik. Untuk itu, sekolah harus dilengkapi dengan perpustakaan yang selain dilengkapi buku-buku pelajaran sesuai kurikulum, juga harus menyediakan buku penunjang lain berupa buku fiksi dan non fiksi serta sarana digital yang mempermudah bagi siswa untuk mengakses elektronik book atau sumber belajar lain secara online.

Daya tarik lainnya yang harus diperhatikan adalah sarana fisik perpustakaan yang harus dibuat sesuai standar gedung yang representatif dari segi konstruksi, berupa gedung yang luas dengan sirkulasi udara yang baik, ruang baca yang nyaman serta petugas yg ramah.

Sementara guru sebagai pendamping belajar, harus bisa terus meberi motivasi dengan menggunakan metode-metode beragam yang bisa lebih mengarahkan anak sekolah untuk banyak membuka buku-buku bacaan sebagai sumber belajar.

Ketiga, lingkungan masyarakat dengan komunitas baca. Saat ini, sudah tidak menjadi hal yang baru dengan kehadiran perpustakaan di tengah-tengah lingkungan masyarkat tak terkecuali di kampung-kampung yang biasanya dikelola oleh kelompok-kelompok masyarakat yang aktif memberi ruang khusus bagi masyarakat umum untuk mengakses sumber bacaan. Kita sebut kelompok-kelompok masyarakat ini dengan komunitas baca.

Kehadiran komunitas baca, memberi sumbangsih besar dalam rangka menghidupkan budaya membaca di masyarakat sebagai salah satu lingkungan perkembangan anak. Karena itu, lingkungan masyarakat dengan berbagai bentuk sumbangsihnya, diharapkan terus-menerus memberi dukungan terhadap keberadan komunitas baca ini.

Komunitas baca yang biasanya juga mengelola perpustakaan umum ini, juga penting mendapat dukungan dan sokongan pendanaan untuk terus menopang dan menjaga kelangsungan keberadaan mereka. Di sinilah peran pemerintah maupun swasta diharapkan kehadirannya.

Jika ketiga unsur ini dapat saling mendukung, maka akan tercipta lingkungan kehidupan anak sebagai generasi pelanjut masa depan bangsa yang terbiasa dengan budaya membaca sebagai sarana meningkatkan kemampuan intelektual dan pengembangan diri.

Sebagai kesimpulan, dalam rangka meningkatkan kemampuan itelektual dan pengembangan diri generasi muda sejak dini, diperlukan dukungan lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat dengan keterlibatan masing-masing pihak di dalamnya, yairu orang tua, guru, juga para penggerak komunitas baca, yang dituntut untuk terus-menerus konsisten mendorong peningkatan minat baca. (*)

Oleh: Asliah Pattola
Guru SMK Negeri 5 Majene

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Strategi Menumbuhkan Budaya Baca"

Post a Comment